Mengenal Silampukau, Grup Musik Asal Surabaya
"Waktu memang jahanam, kota kelewat kejam dan pekerjaan menyita harapan." Berikut adalah lirik awal dari lagu Grup Musik Silampukau yang berjudul Lagu Rantau.
Silampukau didirikan oleh 2 orang, yaitu Eki dan Karis. Dengan genre folk, Band asal Surabaya itu mengawali karirnya sejak tahun 2009. "Awalnya coba-coba", kata Eki, lelaki berambut godrong pada wawancara TonightShowNet.
Pada wawancara itu, Grup Musik Silampukau diperkenankan mengenalkan diri mereka. Berawal dari Eki, ia punya suatu projek manggung pertama kalinya pada tahun 2009. Pada hari itu, tiba tiba sahabat Eki tidak bisa hadir. Kemudian karena ada Kharis, sahabat yang juga ikut datang pada hari itu, Kharis dinyatakan bergabung dan menggantikan Sahabat Eki yang sempat tidak hadir.
Selanjutnya, lagu yang paling banyak didengar adalah Puan Kenala, Lagu Rantau dan Malam Jatuh di Surabaya. Kedua lagu itu diliris pada tahun 2015, munculnya kedua lagu ini membuat Silampukau mulai berkilau di mata pendengar musik indie folk.
Puan Kelana mengisahkan tentang seorang perempuan yang dirindukan oleh seorang lelaki. "Ah kau Puan Kenala, mengapa mesti ke sana. Jauh jauh puan kembara, sedang dunia punya luka yang sama..."
Pada lagu itu, Silampukau juga menyebut 3 tokoh Prancis: Descartes, Moliere, Maupassant. Ketiga tokoh itu merupakan tokoh yang cukup populer pada kalangan filsafat dabn seni.
Rene Descartes, dia dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern. Karyanya yang terkenal adalah Diskursus & Metode. Lebih lanjut, untuk mengetahuinya bisa baca di sini.
Moliere adalah nama panggung dari Jean Baptiste Poquelin, ia menggunakan nama panggung itu untuk menutupi siapa dirinya sebenarnya, mengingat ia adalah seorang kritikus yang suka mengkritik pemerintahan raja pada zamannya. Selain itu, Moliere juga dikenal kisah akhir hayatnya yang tragis. Bagaimana tidak, ia mengembuskan napas terahirnya di atas panggung saat sedang pentas.
Silampukau didirikan oleh 2 orang, yaitu Eki dan Karis. Dengan genre folk, Band asal Surabaya itu mengawali karirnya sejak tahun 2009. "Awalnya coba-coba", kata Eki, lelaki berambut godrong pada wawancara TonightShowNet.
Pada wawancara itu, Grup Musik Silampukau diperkenankan mengenalkan diri mereka. Berawal dari Eki, ia punya suatu projek manggung pertama kalinya pada tahun 2009. Pada hari itu, tiba tiba sahabat Eki tidak bisa hadir. Kemudian karena ada Kharis, sahabat yang juga ikut datang pada hari itu, Kharis dinyatakan bergabung dan menggantikan Sahabat Eki yang sempat tidak hadir.
Puan Kelana, Lagu Paling Favorit
Grup Musik Silampukau membawa tema tentang kehidupan, seperti mimpi, semangat, perjuangan dan protes. Tidak hanya itu, lagu lagu sederhana mereka mengangkat kehidupan orang sederhana dalam geliat masyarakat urban. Ditambah lirik lirik yang puitis, menjadikan Grup Musik Silampukau mempunyai ciri khasnya tersendiri. Lirik dalam lagunya, mungkin sering kita dengar dalam bahasa sehari hari, namun karena komposisi antara kata kata yang metaforis dan musik yang mendukung, Silampukau eksis dalam genre folk.Selanjutnya, lagu yang paling banyak didengar adalah Puan Kenala, Lagu Rantau dan Malam Jatuh di Surabaya. Kedua lagu itu diliris pada tahun 2015, munculnya kedua lagu ini membuat Silampukau mulai berkilau di mata pendengar musik indie folk.
Puan Kelana mengisahkan tentang seorang perempuan yang dirindukan oleh seorang lelaki. "Ah kau Puan Kenala, mengapa mesti ke sana. Jauh jauh puan kembara, sedang dunia punya luka yang sama..."
Pada lagu itu, Silampukau juga menyebut 3 tokoh Prancis: Descartes, Moliere, Maupassant. Ketiga tokoh itu merupakan tokoh yang cukup populer pada kalangan filsafat dabn seni.
Rene Descartes, dia dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern. Karyanya yang terkenal adalah Diskursus & Metode. Lebih lanjut, untuk mengetahuinya bisa baca di sini.
Moliere adalah nama panggung dari Jean Baptiste Poquelin, ia menggunakan nama panggung itu untuk menutupi siapa dirinya sebenarnya, mengingat ia adalah seorang kritikus yang suka mengkritik pemerintahan raja pada zamannya. Selain itu, Moliere juga dikenal kisah akhir hayatnya yang tragis. Bagaimana tidak, ia mengembuskan napas terahirnya di atas panggung saat sedang pentas.
Guy de Maupassant hidup pada abad 19, ia dikenal sebagai pencetus cerita pendek modern. Ia menulis seitar 300 cerpen pada masa hidupnya, yang kini bisa kita temukan bukunya.
Ketiga tokoh yang disebutkan dalam lagu Puan Kelana, memungkinkan pengaruhnya kepada Grup Musik Silampukau. Bisa kita rasakan filosofis dan sastranya pada lagu-lagu mereka.